Sabtu, 23 Desember 2017

Hasil Belajar Keterampilan Intelektual & Strategi Kognitif yang Jarang Terukur



Hasil Belajar Keterampilan Intelektual & Strategi Kognitif yang Jarang Terukur 
 
a.       Fakta (Problem Solving & Creative thinking)
Strategi kognitif berbeda dengan keterampilan intelektual yang disebut "intelectual skills” (dalam taksonomi Gagne) atau aplikasi dalam taksonomi Bloom. Keterampilan intelektual lebih berorientasi kepada interaksi peserta didik sebagai individu dengan lingkungan belajarnya, yaitu dengan angka, kata-kata, simbol, rumus, prinsip, prosedur, dan lain-lain. Dengan keterampilan intelektual, peserta didik mampu mengerjakan (how to) sesuatu dengan fakta yang dimilikinya. Sedangkan strategi kognitif, merupakan kemampuan peserta didik untuk mengontrol interaksinya dengan lingkungan.
    Fakta dilapangan , peserta didik menggunakan strategi kognitif untuk membaca artikel di majalah ilmiah. Apa yang dipelajarinya dari artikel tersebut mungkin cuma fakta, rumus-rumus, atau penerapan teori. Namun, untuk menyeleksi informasi yang dibacanya, memberikan kode terhadap informasi yang direkam dipikirannya, dan menemukan kembali informasi tersebut untuk keperluan lain, merupakan strategi kognitif. Dalam hal tersebut, peserta didik mempergunakan strategi kognitif untuk memahami apa yang sudah dibaca dan dipelajarinya, dan untuk memecahkan masalah. Lalu untuk menyelesaikan sebuah problem solving atas fakta yang terjadi peserta didik menggunakan keterampilan dari dirinya bagaimana menggunakan proses berpikir dirinya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi , menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih penyelesaian masalah yang efektif.
Kemudian, peserta didik menggunakan creative thinking dalam menyelesaikan masalah dalam proses non akademik dalam dirinya yaitu dengan cara menggunakan kemaksimalan proses berpikir untuk menghasilkan suatu ide yang baru dan konstruktif, berdasarkan konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang rasional maupun presepsi dan intuisi individu.

b.      Konsep (Descision making)
Dalam sebuah pembelajaran akademik pun memerlukan suatu konsep agar dapat memenuhi segala proses pembelajaran dan dapat membantu perkembangan belajar dan pembelajaran dalam diri pesereta didik. Konsep-konsep itupun seharusnya bisa menyediakan kondisi dalam belajar, dapat mendifinisikan tingkah laku siswa, dan dapat mendefinisikan bagaimana tingkat perilaku pada diri peserta didik. Konsep utama tersebut mungkin merupakan topik yang terpenting dalam satu pembelajaran, atau hal yang terpenting dalam satu masalah. Lalu, untuk memahami proses tersebut peserta didik memerlukan descision making yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memilih suatu keputusan yang trerbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangaan setiap alternatif, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alasan-alasan yang rasional berdasarkan proses yang sudah dibentuk oleh pengajar untuk dirinya.
c.       Prinsip (Collaboration)
Dalam pembelajaran juga diperlukan sebuah prinsip, prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai apa saja prinsip-prinsip pembelajaran tersebut, prinsip-prinsip itu meliputi :
1)      Prinsip motivasi dan perhatian, Dalam sebuah proses pembelajaran, di sini perhatian sangatlah berperan penting sebagai awalan dalam memicu kegiatan belajar. Sementara motivasi memiliki keterkaitan dengan minat siswa, sehingga mereka yang mempunyai minat tinggi terhadap mata pelajaran tertentu juga bisa menimbulkan motivasi yang lebih tinggi lagi dalam belajar.
2)      Prinsip keaktifan, pada hakikatnya belajar itu merupakan proses yang aktif yang mana seseorang melakukan kegiatan untuk mengubah perilaku dan pemikiran menjadi lebih baik.
3)      Prinsip pengalaman atau keterlibatan secara langsung, Jadi prinsip ini erat kaitannya dengan prinsip aktivitas di mana masing-masing individu haruslah terlibat langsung untuk merasakan atau mengalaminya. Adapun sebenarnya di setiap kegiatan pembelajaran itu haruslah melibatkan diri kita secara langsung.
4)      Prinsip pengulangan, prinsip pengulangan di sini memang sangatlah penting yang mana teori yang bisa kita jadikan petunjuk dapat kita cermati dari dalil yang di kemukakan Edward L Thorndike mengenai law of learning.
5)      Prinsip tantagan, Penerapan bahan belajar yang kita kemas dengan lebih menantang seperti halnya mengandung permasalahan yang harus dipecahkan, maka para siswa pun juga akan tertantang untuk terus mempelajarinya.
6)      Prinsip penguat dan balikan, Kita tahu bahwa seorang siswa akan lebih semangat jika mereka mengetahui serta mendapatkan nilai yang baik. Terlebih lagi jika hasil yang didapat sangat memuaskan sehingga itu bisa menjadi titik balik yang akan sangat berpengaruh untuk kelanjutannya.
7)      Prinsip perbedaan individual, Proses belajar masing-masing individu memang tidaklah sama baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah di dalam proses pembelajaran mengandung penerapan bahwa masing-masing siswa haruslah dibantu agar lebih memahami kelemahan serta kekuatan yang ada pada dirinya dan kemudian bisa mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.
Dalam proses pembelajaran yang dibuat oleh pengajar untuk peserta didik pun digunakan sebuah collaboration dalam sebuah pembelajaran agar pembelajaran yang diharapkan oleh guru melalui prinsip yang telah dibuat memang terlaksanakan. Seperti yang diketahui bahwa collaboration dalam sebuah pembelajaran adalah adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama. Tidak seperti belajar sendirian, orang yang terlibat dalam collaborative learning memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain (meminta informasi satu sama lain, mengevaluasi ide-ide satu sama lain, memantau pekerjaan satu sama lain, dll), maka ada kemungkinan prinsip belajar dan proses belajar menjadi lebih efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar